"Terserah kepadamu, Susiok." dia lalu memandang
ke sekeliling, kepada para anak
murid Bu-tong-pai, "Haiii, semua anggauta dan murid Bu-tong-pai, dengar
lah baik-baik! Betapapun juga aku adalah murid Bu-tong-pai sejak kecil, dan di
dalam sepak terjang Cap-sha Sin-hiap, kalian juga sudah tahu betapa aku dan
para suheng telah menjunjung tinggi nama Bu-tong-pai dan aku ingin menyebarkan
ilmuku kepada kalian semua agar kalian menjadi orang-orang yang lihai dan
Bu-tong-pai menjadi perkumpulan yang paling kuat di dunia ini. Terserah kepada
kalian apakah hendak besetia kepada nama Bu-tong-pai dan menjadi murid-muridku,
ataukah hendak bersetia kepada tosu Kui Tek Tojin dan delapan orang suhengku
ini yang hendak membelakangi Bu-tong-pai!"
Berisiklah keadaan di situ setelah Kwat Lin mengeluarkan
kata-kata ini. Para anak murid Bu-tong-pai saling bicara sendiri, saling
berbantahan dan akhirnya hanya ada dua puluh orang termasuk Kui Tek Tojin yang
meninggalkan tempat itu, menuruni bukit dan memasuki sebuah hutan di kaki bukit
yang dipilih oleh Kui Tek Tojin untuk menjadi tempat tinggal mereka sementara
waktu sambil menanti perkembangan selanjutnya. Sisanya semua suka mengangkat
Kwat Lin menjadi ketua mereka setelah mereka tadi menyaksikan betapa lihainya
Kwat Lin dan mereka semua ingin memperoleh bagian pelajaran ilmu silat yang
tinggi.
Demikianlah, mulai hari itu, The Kwat Lin menjadi ketua
yang baru dari Bu-tongpai yang dipimpinnya dengan gaya dan bentuk yang baru
pula. Dengan harta benda berupa emas permata yang amat mahal, yang didapatkan
dan dilarikannya dari Pulau Es, dia membangun markas Bu-tong-pai menjadi
bangunan yang megah, mewar dan kuat. Bahkan dalam keinginan hatinya untuk
lekas-lekas melihat Butong- pai menjadi perkumpulan yang kuat dan banyak
anggautanya, dia menerima anggauta-anggauta baru. Anggauta baru diterima dari
golongan apapun juga, syaratnya hanya satu bahwa mereka itu haruslah
memiliki kepandaian yang sampai pada tingkat
tertentu, dan bersumpah setia sampai mati kepada Bu-tongpai.
Karena mendengar bahwa ketua Bu-tong-pai
yang baru adalah seorang wanita yang cantik yang
memiliki kesaktian hebat, juga amat kaya raya, maka banyaklah orang-orang kang-ouw
dan golongan kaum sesat yang tadinya hidup sebagai
perampok dan bajak-bajak yang tidak tertentu penghasilanya, berdatanganlah dan masuk menjadi
anggauta Bu-tongpai!
Mulai pulalah The Kwat Lin mengatur dan merencanakan
cita-citanya untuk puteranya.
Dengan kerja sama antara dia dan para anggauta baru yang berpengalaman mulailah dia diam-diam mengadakan kontak
dan mencari kesempatan untuk menghubungi para pembesar
tinggi yang merupakan kekuatan
rahasia untuk membrontak terhadap kaisar.
Inilah cita-cita The Kwat Lin. Dia pernah menjadi ratu, menjadi istri seorang raja,
biarpun hanya raja kecil yang menguasai Kerajaan Pulau Es, karena itu, dia
menganggap bahwa puteranya, Han Bu-ong, adalah seorang
pangeran! Seorang pangeran haruslah bercita-cita menjadi raja. Bukan raja kecil yang hanya
menguasai sebuah pulau, melainkan
raja besar! Dan satu-satunya jalan untuk dapat mencapai ini,
hanyalah menggulingkan kaisar sehingga kelak
ada kesempatan bagi puteranya untuk menjadi kaisar!
Tentu saja untuk membrontak sendiri dengan
mengandalkan kekuatan Bu-tong-pai merupakan hal yang tak masuk diakal dan
hanya merupakan bunuh diri, maka dia mencari
kesempatan mengadakan kontak
dengan para pembesar tinggi yang berambisi seperti dia sehingga
mungkin bagi mereka untuk menggunakan bala
tentara yang dapat dikuasai untuk mencapai cita-cita mereka itu.
Memang sesungguhnyalah bahwa kemuliaan duniawai atau alam benda merupakan keadaan yang
amat berbahaya. Tak dapat disangkal pula bahwa
hidup memang memerlukan kebendaan
sebagai pelengkap dan pelangsung hidup, dan amat baiklah kalau
orang dapat menggunakan keduniawian itu pada
tempat sebenarnya. Akan tetapi,
akan celakalah dan hanya akan menimbulkan malapetaka bagi diri sendiri
dan bagi orang lain kalau manusia sudah
dikuasai oleh duniawi yang merupakan harta benda, kedudukan, nama besar, kepandaian dan
lain-lain sebagainya. Alam
kebendaan ini mempunyai sifat seperti arak. Diminum dengan kesadaran
dan pengertian akan menjadi obat, tapi di
lain saat dalam keadaan lalai akan menjadi minuman yang memabokan. Dan sekali orang mabok
oleh duniawi, akan timbullah perbuatan sombong,
sewenang-wenang, dan lupa segala. Yang ada hanyalah keinginan memenuhi segala kehendaknya dengan
cara apapun juga tanpa mengharamkan dengan segala cara.
Demikian pula terjadi dengan The Kwat lin. Dahulu, belasan tahun yang lalu, The Kwat
Lin merupakan seorang pendekar wanita yang gagah perkasa menentang kejahatan
yang gigih sehingga namanya
bersama dua belas orang suhengnya sebagai Cap-sha Sin-hiap amatlah terkenal. Akan tetapi setelah malapetaka menimpa
Cap-sha Sin-hiap, dendam menaburkan bibit yang merobah seluruh
pandangan hidupnya. Setelah dia berhasil membalas dendam secara keji dan kejam
sekali, bibit itu masih berkembang
biak dan merobah sifat, dari dendam kepada pengejaran kemuliaan
yang tanpa batas.
***
Sudah terlalu lama kita meninggalkan Han Swat Hong.
Puteri dari Raja Han Ti Ong dan sebaiknya kita
mengikuti pengalamanya agar tidak tertinggal terlampau jauh. Seperti kita ketahui, Swat
Hong yang berwatak keras itu marah-marah ketika melihat betapa Sin Liong menolong
seekor biruang dan tidak
mempedulikan dia. Dianggapnya Sin Liong sengaja mencari-cari
alasan untuk menghambat perjalanan, padahal dia
ingin sekali segera mencari dan menemukan ibunya yang tidak ia diketahui kemana perginya
dan bagaimana nasibnya setelah badai yang amat dahsyat
mengamuk disekitar lautan itu.
Akan tetapi tentu saja bukan dengan hati yang sesungguhnya dia
hendak meninggalkan Sin Liong di pulau kosong itu,
melainkan hanya untuk sekedar menunjukan kemarahan hatinya saja. Karena itu setelah
perahunya jauh meninggalkan pulau itu sehingga pulau dimana
Sin Liong mengobati biruang itu tidak nampak lagi, dara itu memutar lagi perahunya dan
hendak kembali kepada Sin Liong.
Sudah dibayangkannya betapa Sin Liong yang selalu sabar dan selalu
mengalah kepadanya itu akan minta maaf dan
menyatakan penyesalan hatinya, dan dia yang akan memaafkannya!
Saat - saat seperti itu mendatangkan keharuan, kebanggan dan kemenangan di dalam hatinya.
Betapa bingung dan kagetnya
ketika kemudian dia mendapat kenyataan bahwa dia tersesat jalan dan
tidak tahu lagi dimana dia meninggalkan Sin
Liong tadi! Demikian banyaknya pulau yang sama bentuknya di lautan itu, banyak sekali
bongkahan es yang datang dan pergi seperti hidup saja! Setelah
berputar putar tanpa hasil dan yakin bahwa dia berada makin jauh dari tempat dimana Sin Liong
berada, setelah berteriak - teriak memanggil dengan
pengerahan khikang tanpa ada jawabannya dan memutar perahu keluardari daerah penuh pulau kecil
yang membingungkan itu.
Biarlah, dia akan pergi saja melanjutkan perjalanan seorang diri mencari
ibunya. Dia merasa yakin bahwa suhengnya itu
tentu akan dapat menyelamatkan diri. Suhengnya memiliki ilmu
kepandaian yg amat tinggi.
Swat Hong tidak tahu bahwa perahunya menuju ke selatan, bukan
menuju ke daerah Pulau Es lagi. Namun karena maksudnya untuk
mencari ibunya, dara ini seolah - olah berlayar tanpa tujuan dan membiarkan saja kemana
perahu yang terdorong angin itu
membawanya. Pada suatu hari , tampaklah olehnya garis hitam di
sebelah kanan, masih jauh sekali, akan tetapi
dengan girang dia dapat mengenal bahwa garis hitam yang amat panjang membujur dari kanan
kiri itu adalah sebuah daratan yang agaknya tiada bertepi.
Itulah daratan besar, pikirnya dengan girang dan dia segera membelokan perahunya menuju
ke garis hitam itu.
Ketika perahunya sudah tiba di dekat pantai yang sunyi,
dia melihat ada sebuah perahu lain
yang meluncur cepat dari sebelah kirinya. Perahu kecil dan yang
berada di perahu itu seorang laki-laki muda
yang kelihatannya gagah dan tampan. Pemuda itu pun memandang kepadanya sehingga dua
pasang mata saling pandang sejenak. Akan tetapi Swat Hong
membuang muka dan tidak mempedulikan
orang yang tidak dikenalnya itu, terus saja mendayung perahunya
ke tepi. Begitu perahunya mendekati daratan,
dia lalu meloncat ke daratan, tidak menghiraukan perahunya lagi.
Memang dia tidak berpikir untuk kembali ke
tempat itu dan berperahu lagi. Untuk apa
berlayar? Pulau Es sudah kosong. Dia akan mencari ibunya di daratan besar, karena kalau ibunya
berada di suatu pulau, agaknya tentu tidak akan dapat
terlepas dari amukan badai yang dahsyat itu. Kalau ibu berada di daratan besar , dan ini mungkin
saja terjadi, barulah ada harapan bahwa ibunya masih hidup dapat bertemu dengannya.
Andaikata tidak, dia pun akan merantau di daratan besar, tidak
kembali kelaut. Dan dia tahu bahwa demikian pula agaknya pendapat suhengnya karena
sebelum berpisah mereka sudah membicarakan hal ini
berkali-kali. Nenek moyangnya yang selama ini menjadi raja di Pulau Es juga berasal dari daratan
besar! Setelah kini Kerajaan
Pulau Es terbasmi badai dan tidak ada lagi, sepatutnya kalau dia
sebagai ahli waris satu-satunya kembali pula
ke daratan besar!
"Heiii... Nona! Tunggu...!!"
Swat Hong mengerutkan alisnya dan berhenti melangkahkan
kakinya, membalik dan melihat betapa pemuda
yang berada di dalam perahu tadi sudah menambatkan perahunya dan juga perahu yang
ditinggalkanya meloncat tadi, di pantai. Kini pemuda itu
berlari mengejarnya.
"Mau apa engkau mengejar dan memanggil aku?"
Swat Hong bertanya, matanya memandang
penuh selidik. Pemuda itu usianya tentu hanya
lebih tua dua tiga tahun darinya, seorang pemuda yang berwajah tampan dan gagah, yang
perawakanya tinggi besar dan
matanya menyorotkan kejujuran dan membayangkan kekerasan dan
keberanian. Kedua lengan yang tampak
tersembul keluar dari lengan baju pendek itu kekar berotot membayangkan tenaga yang hebat,
juga bajunya yang terbuat dari kain tipis membayangkan dada
yang bidang, terhias sedikit rambut, berotot dan kuat sekali. Melihat bahan pakaiannya dapat
di duga bahwa pemuda ini seorang
yang beruang, namun melihat dari keadaan tubuhnya dan kaki tangannya, agaknya dia biasa dengan pekerjaan berat.
Seorang petani atau seorang
nelayan, pikir Swat Hong, kagum juga memandang tubuh yang kokoh
kuat itu.
Pemuda itu tersenyum. Senyumnya lebar memperlihatkan
deretan gigi yang kokoh kuat pula, senyum terbuka seorang
yang berwatak jujur dan bersahaja.
Akan tetapi sikapnya ketika mengangkat kedua tangan di depan dada
sebagai penghormatan, membuktikan bahwa dia
pernah"makan sekolahan" alias terpelajar, terbukti pula dari kata-katanya yang biarpun
ringkas dan singkat akan tetapi tetap sopan.
"Maafkanlah, Nona meninggalkan perahu begitu saja,
aku merasa sayang dan membantu meminggirkannya.
Melihat gerakan Nona ketika meloncat, jelas bahwa Nona berkepandaian tinggi. Aku
ingin sekali belajar kenal."
Swat Hong mengerutkan alisnya. Hatinya sedang tidak
senang, karena selain kegagalannya mencari ibu, juga
perpisahanya dengan Sin Liong setidaknya mendatangkan rasa gelisah di hatinya. Kini ada
pemuda yang amat lancang ingin "belajar kenal",
sungguh menggemaskan.
"Aku tidak membutuhkan perahu itu lagi, dan aku tidak peduli apakah kau
meminggirkannya atau hendak memilikinya, aku tidak minta bantuanmu. Tentang belajar
kenal biasanya hanya pedang,
kepalan tangan dan tendangan kaki saja yang mau belajar kenal
dengan orang asing lancang!"
Sepasang mata lebar itu terbelalak seolah-olah
memandang sesuatu yang amat aneh, namun
membayangkan kekaguman yang luar biasa. Dan memang, di luar dugaan Swat Hong sendiri,
sikap dan katakatanya tadi
mendatangkan rasa kagum yang amat besar di dalam hati pemuda
ini. Telah menjadi ciri khas pemuda ini yang
mengagumi sikap orang yang terbuka, jujur, kasar dan tanpa pura-pura seperti sikap
Swat Hong yang baru saja
diperlihatkan.
"Ha-ha-ha-ha!"
Pemuda itu tertawa bergelak dan kedua
matanya menjadi basah oleh air mata. Ini pun
ciri khasnya. Kalau dia tertawa, air matanya keluar seperti orang menangis. Dengan punggung
tangannya yang besar dan berotot dia menghapus air matanya.
"Nona hebat sekali! Ha-ha-ha , aku Kwee Lun selama hidupku baru sekarang ini bertemu
dengan seorang nona yang begini
hebat! Diantara seribu orang gadis, belum tentu ada satu! Nona,
kalau sudi, perkenalkanlah aku Swee Lin,
biarpun jelek dan kasar bukanlah tidak terkenal. Ayahku adalah seorang pelaut biasa dan sudah
meninggal, demikian pula Ibuku.
Aku anak pelaut akan tetapi sejak kecil aku sudah ikut kepada
guruku. Guruku inilah yang terkenal. Guruku
adalah Lam Hai Sen-jin, pertapa yang amat terkenal di dunia kang-ouw, dan kami berdua
tinggal di Pulau Kura-kura di laut selatan."
Melihat sikap terbuka ini, geli juga hati Swat Hong. Kini
dia melihat jelas bahwa pemuda ini sama sekali
tidak kurang ajar. Kasar memang, akan tetapi kekasaran yang memang menjadi wataknya yang
terbuka. Orang macam ini baik dijadikan sahabat, pikirnya.
Akan tetapi harus dibuktikan dulu apakah pemuda ini pantas menjadi sahabatnya, sungguhpun
menurut pengakuannya dia murid seorang pertapa yang
namanya terkenal di dunia kangouw! Swat Hong tersenyum.
"Aihh, engkau lebih pantas menjadi seorang penjual
jamu! Setelah engkau memperkenalkan semua
nenek moyangmu kepadaku, dengan maksud apakah engkau seorang pria minta perkenalan
dengan seorang wanita?"
Kwee Lun mengerutkan alisnya yang sangat lebat seperti
dua buah sikat ditaruh melintang di dahinya itu, dan
dia menggeleng-geleng kepalanya.
"Memang, sebelum aku berangkat merantau, suhu berpesan dengan sungguh
bahwa aku tidak boleh mendekati wanita cantik
yang katanya amat berbahaya melebihi ular berbisa! Akan tetapi, biarpun Nona cantik
sukar dicari cacatnya, namun
kepandaian Nona tinggi dan sikap Nona jujur menyenangkan. Aku ingin
bersahabat, karena sekarang ini baru pertama
kali aku merantau seorang diri, aku membutuhkan seorang sahabat yang pandai seperti Nona
untuk memberi petunjuk kepadaku. Untuk budi Nona ini, tentu
aku akan berusaha menyenangkan hatimu."
Swat Hong makin terheran. Dia tidak tahu apakah
pemuda ini pintar atau bodoh. Sikapnya
terbuka akan tetapi biarpun katakatanya teratur, ada bayangan ketololan.
"Hemm, kau bisa apa sih? Bagaimana
engkau bisa menyenangkan hatiku?"
Dia menyelidik. "Aku? Wah, aku bodoh
akan tetapi kalau ada orang-orang kurang ajar
kepadamu, tanpa Nona turun tangan sendiri, aku sanggup menghajar mereka! Dia
melonjorkan kedua lengannya yang kekar berotot itu.
"Dan jangan Nona sangsi lagi, biar ada lima
puluh orang, aku masih sanggup menghadapi
mereka, kalau perlu dibantu sengan senjataku kipas dan pedang. Kalau Nona senang
sajak, aku banyak mengenal sajak kuno yang indah dan di waktu
Nona kesepian, aku dapat menghibur Nona dengan nyanyian! Aku suka sekali
bernyanyi."
Hampir saja Swat Hong tertawa geli orang yang kekar seperti seekor
singa buas ini membaca sajak,
bernyanyi dan senjatanya kipas? Benar-benar seorang pemuda yang
aneh, akan tetapi tentu saja dia belum mau
percaya begitu saja. Sambil memandang tajam dia berkata, "Hemm, kau bicara
tentang pedang dan kipas sebagai senjata, akan tetapi aku tidak melihat engkau
membawa senjata apaapa."
“Ahh, tunggu dulu, Nona. Aku memang sengaja meninggalkanya
di perahu!"
Setelah berkata demikian, Kwee Lun membalikan tubuhnya
dan berlari cepat sekali ke perahunya dan ketika dia sudah
kembali ke depan Swat Hong, benar saja dia telah membawa sebatang pedang yang sarungnya
terukir indah dan sebuah kipas bergagang perak yang diselipkan
di ikat pinggangnya!
"Mengapa baru sekarang kau memperlihatkan senjata-senjatamu?"
"Aih, kalau tadi aku membawa senjata, tentu akan menimbulkan dugaan yang
bukan-bukan dan untuk berkenalan dengan seorang gadis,
bagaimana aku berani membawa senjata? Tentu disangka perampok atau bajak!"
Mau atau tidak, Swat Hong tersenyum. Timbul rasa sukanya kepada pemuda kasar yang
aneh ini.
"Betapapun juga, aku adalah seorang wanita dan
engkau seorang pria, mana mungkin menjadi sahabat? Tidak patut dilihat orang."
Mata yang lebar itu kembali terbelalak penuh penasaran dan tangan kirinya
dikepalkan.
"Apa peduli kata-kata orang?
Kalau ada yang berani mengatakan yang bukan-bukan tentu akan kuhancurkan mulutnya! Wanita adalah seorang manusia,
pria pun seorang manusia. Apa salahnya berkenalan dan
bersahabat? Nona, aku Kwee Lun bukan seorang yang berpikiran kotor, juga aku tidak akan
sembarangan memilih kawan! Aku kagum melihat Nona, maka kalau Nona sudi, harap memperkenalkan
diri."
Swat Hong makin tertarik, akan tetapi dia masih ragu-ragu
apakah orang ini patut dijadikan
seorang teman. Biarpun lagaknya seperti jagoan, siapa tahu kalau
kosong belaka? "Kau bilang tadi murid
seorang tosu yang terkenal?"
"Ya, Suhu Lam Hai Seng-jin merupakan tokoh yang paling terkenal di
daerah selatan!"
"Kalau begitu, ilmu silatmu tentu lebih lihai
daripada bicaramu sepeti penjual jamu?"
"Ihhh, harap jangan mentertawakan! Biarpun tidak
selihai Nona yang dapat kulihat dari gerakan meloncat dari
perahu tadi, akan tetapi masih tidak terlalu orang di dunia ini yang akan sanggup mengalahkan
Kwee Lun!"
"Tidak ada artinya kalau hanya disombongkan dan dibanggakan
tanpa ada buktinya! Aku juga
tidak sembarangan memperkenalkan diri kepada orang lain. Untuk
membuktikan apakah kau patut menjadi
kenalanku, cabut kedua senjatamu, dan coba kau hadapi pedangku!"
Sambil berkata demikian, Swat Hong sudah
mencabut pedangnya perlahan-lahan dan
tampaklah sinar pedang ketika sinar matahari menimpanya.
"Akan tetapi, Nona...." Kwee Lun meragu.
Biarpun dia tadi menyaksikan betapa gesit dan ringannya
tubuh nona itu melayang ke daratan, namun dia tidak percaya apakah nona ini mampu
menandingi pedang dan kipasnya!
"Tidak usah banyak ragu. Kalau kau tidak mau,
pergilah dan jangan menggangguku lebih lama lagi!"
"Srat...!!"
Pedang terhunus sudah berada di tangan kanan Kwee Liu dan sarung pedangnya dilempar ke
atas tanah, sedangkan tangan kirinya sudah mencabut kipas
gagang perak yang telah dikembangkan
dan melindungi dadanya, adapun pedang itu dilonjorkan ke depan.
"Aku telah siap, Nona."
Swat Hong memang ingin sekali melihat sampai
di mana kepandaian pemuda yang aneh ini, maka
tanpa banyak kata lagi dia sudah meloncat ke depan dan menggerakan pedangnya dengan
hebat sekali. Pedang di tangannya itu adalah pedang biasa
saja, akan tetapi karena yang menggerakan adalah tangan yang mengandung tenaga sinkang
istimewa dari Pulau Es, maka pedang itu lenyap bentuknya
berubah menjadi gulungan sinar yang menyilaukan mata dan tubuh dara itu juga tertutup
oleh gulungan sinar pedang
saking cepatnya tubuh itu berloncatan.
"Aihhh...!!"
Kwee Lun berseru keras dan cepat dia menggerakan pedang dan kipas. Memang
sudah diduganya bahwa dara itu lihai sekali, akan tetapi
menyaksikan gerakan pedang yang demikian luar biasa, dia menjadi kaget, kagum, heran dan
juga gembira. Tanpa ragu-ragu
dia lalu mengerahkan tenaga dan mengeluarkan semua ilmu silatnya
untuk menandingi dara yang mengagumkan
hatinya ini.
Seperti telah kita kenal di permulaan cerita ini ketika terjadi para tokoh
kang-ouw memperebutkan Sin Liong yang ketika itu dikenal sebagai Sin-tong (bocah
ajaib), guru pemuda itu, Lam Hai Seng-jin, adalah seorang tosu yang selain ahli
dalam Agama To, juga pandai bernyanyi,
dan lihai sekali ilmu silatnya. Namun terkenal sebagai pertapa
atau pemilik Pulau Kura-kura di Lam-hai dan
senjatanya yang berupa hudtim dan kipas mengangkat tinggi namanya di dunia kang-ouw.
Agaknya kepandaian itu telah
diturunkan semua kepada murid tunggalnya ini, namun tentu saja karena
muridnya bukanlah seorang tosu, senjata
hudtim diganti dengan pedang. Pedang dan kipas adalah senjata yang ringan, kini
dimainkan oleh kedua lengan Kwee Lun yang mengandung tenaga gajah, tentu saja dapat
dibayangkan betapa cepatnya kedua senjata itu bergerak
sampai tidak tampak lagi sebagai senjata kipas dan pedang, melainkan tampak hanya gulungan
sinar yang berkelebatan dan saling belit dengan sinar
pedang di tangan Swat Hong.
"Cringgg...!"
Tiba-tiba pemuda itu berseru kaget dan pedangnya mencelat
ke atas terlepas dari tangannya. Swat Hong
tersenyum. Dia tadi sudah menyaksikan bahwa ilmu pedang pemuda itu cukup lihai,
bahkan dalam hal kecepatan dan tenaga tidaklah kalah banyak
dibandingkan dengan kepandaiannya
sendiri. Adanya dia dapat membuat pemuda itu terlepas dalam
waktu tiga puluh jurus, hanyalah karena
selain dasar ilmu silatnya lebih tinggi daripada pemuda itu, juga kenyataan bahwa pemuda itu
tidak mau menyerangnya dengan sungguh-sungguh dan
mendasarkan permainannya pada tingkat penguji dan berlatih saja. Kalau pemuda itu
merupakan lawan sungguh-sungguh, dia sendiri sangsi apakah akan dapat merobohkannya dalam
waktu seratus jurus.
"Wah, kau hebat sekali, Nona! Aku mengaku
kalah!"
Kwee Lun menjura dan menyimpan kipasnya. Suaranya
bersungguh-sungguh, karena memang pemuda ini walaupun tadi tidak mau menyerang
sungguh-sungguh, namun dari gerakan lawannya dia sudah dapat
melihat bahwa dara itu benar-benar
memiliki ilmu silat yang amat aneh dan amat
kuat.
"Aku terlalu rendah untuk menjadi sahabatmu."
"Kwee-twako, kau terlalu merendah. Ilmu
kepandaianmu hebat! Perkenalkanlah, aku
bernama Hat Swat Hong...."
Sampai di sini, dara itu meragu karena dia masih sangsi apakah
dia akan memperkenalkan diri sebagai seorang puteri
dari Kerajaan Pulau Es yang asing dan yang telah terbasmi habis oleh badai itu.
"Ilmu pedang Nona hebat bukan main, juga amat aneh gerakannya, Selama melakukan
peratauan dengan Suhu, dan
mendengar penjelasan Suhu, sudah banyaklah aku mengenal dasar ilmu
silat perkumpulan besar di dunia kang-ouw
akan tetapi melihat gerakan pedangnya tadi, aku benar-benar tidak tahu lagi, sedikit
pun tidak mengenalnya. Maukah Nona
Han Swat Hong memperkenalkannya kepadaku?"
"Kwee-twako, sebenarnya aku akan merahasiakan keadaanku, Baru pertama
kali ini aku menginjak daratan besar dan aku tidak ingin
melibatkan diri dengan urusan di dunia kang-ouw, apa lagi memperkenalkan diriku. Akan
tetapi memang sudah nasib,
begitu mendarat bertemu dengan engkau, dan sikapmu menarik hatiku,
membuat aku tidak dapat menyembunyikan diri
lagi. Aku akan menceritakan keadaanku hanya dengan satu janji darimu, Twako." [BERSAMBUNG]
INFO KOMERSIAL
INCOME SYARIAH HALAL DAN BAROKAH
Assalamu alaikum warahmatullahi wa barakatuhu.
Hi Netter, Anda mau mempunyai income pasif yang
HALAL dan BERKAH juga dapat pulsa gratis!!! Isya Allah, sambil BERSEDEKAH dan
BERINFAQ melalui facebook dan twitter Anda. Mari bergabung di sini!!!!
INCOME-SYARIAH menuju kesuksesan dunia adan akhirat.
Jika Anda tertarik dengan informasi ini atau ingin
bergabung bersama kami, silahkan klik link ini :
Wassalamu alaikum warahmatullahi wa barakatuhu.