Saturday 13 September 2014

BU KEK SIANSU Jilid 15


"Terserah kepadamu, Susiok." dia lalu memandang ke sekeliling, kepada para anak murid Bu-tong-pai, "Haiii, semua anggauta dan murid Bu-tong-pai, dengar lah baik-baik! Betapapun juga aku adalah murid Bu-tong-pai sejak kecil, dan di dalam sepak terjang Cap-sha Sin-hiap, kalian juga sudah tahu betapa aku dan para suheng telah menjunjung tinggi nama Bu-tong-pai dan aku ingin menyebarkan ilmuku kepada kalian semua agar kalian menjadi orang-orang yang lihai dan Bu-tong-pai menjadi perkumpulan yang paling kuat di dunia ini. Terserah kepada kalian apakah hendak besetia kepada nama Bu-tong-pai dan menjadi murid-muridku, ataukah hendak bersetia kepada tosu Kui Tek Tojin dan delapan orang suhengku ini yang hendak membelakangi Bu-tong-pai!"

Berisiklah keadaan di situ setelah Kwat Lin mengeluarkan kata-kata ini. Para anak murid Bu-tong-pai saling bicara sendiri, saling berbantahan dan akhirnya hanya ada dua puluh orang termasuk Kui Tek Tojin yang meninggalkan tempat itu, menuruni bukit dan memasuki sebuah hutan di kaki bukit yang dipilih oleh Kui Tek Tojin untuk menjadi tempat tinggal mereka sementara waktu sambil menanti perkembangan selanjutnya. Sisanya semua suka mengangkat Kwat Lin menjadi ketua mereka setelah mereka tadi menyaksikan betapa lihainya Kwat Lin dan mereka semua ingin memperoleh bagian pelajaran ilmu silat yang tinggi.

Demikianlah, mulai hari itu, The Kwat Lin menjadi ketua yang baru dari Bu-tongpai yang dipimpinnya dengan gaya dan bentuk yang baru pula. Dengan harta benda berupa emas permata yang amat mahal, yang didapatkan dan dilarikannya dari Pulau Es, dia membangun markas Bu-tong-pai menjadi bangunan yang megah, mewar dan kuat. Bahkan dalam keinginan hatinya untuk lekas-lekas melihat Butong- pai menjadi perkumpulan yang kuat dan banyak anggautanya, dia menerima anggauta-anggauta baru. Anggauta baru diterima dari golongan apapun juga, syaratnya hanya satu bahwa mereka itu haruslah memiliki kepandaian yang sampai pada tingkat tertentu, dan bersumpah setia sampai mati kepada Bu-tongpai.

Karena mendengar bahwa ketua Bu-tong-pai yang baru adalah seorang wanita yang cantik yang memiliki kesaktian hebat, juga amat kaya raya, maka banyaklah orang-orang kang-ouw dan golongan kaum sesat yang tadinya hidup sebagai perampok dan bajak-bajak yang tidak tertentu penghasilanya, berdatanganlah dan masuk menjadi anggauta Bu-tongpai!

Mulai pulalah The Kwat Lin mengatur dan merencanakan cita-citanya untuk puteranya. Dengan kerja sama antara dia dan para anggauta baru yang berpengalaman mulailah dia diam-diam mengadakan kontak dan mencari kesempatan untuk menghubungi para pembesar tinggi yang merupakan kekuatan rahasia untuk membrontak terhadap kaisar.

Inilah cita-cita The Kwat Lin. Dia pernah menjadi ratu, menjadi istri seorang raja, biarpun hanya raja kecil yang menguasai Kerajaan Pulau Es, karena itu, dia menganggap bahwa puteranya, Han Bu-ong, adalah seorang pangeran! Seorang pangeran haruslah bercita-cita menjadi raja. Bukan raja kecil yang hanya menguasai sebuah pulau, melainkan raja besar! Dan satu-satunya jalan untuk dapat mencapai ini, hanyalah menggulingkan kaisar sehingga kelak ada kesempatan bagi puteranya untuk menjadi kaisar!

Tentu saja untuk membrontak sendiri dengan mengandalkan kekuatan Bu-tong-pai merupakan hal yang tak masuk diakal dan hanya merupakan bunuh diri, maka dia mencari kesempatan mengadakan kontak dengan para pembesar tinggi yang berambisi seperti dia sehingga mungkin bagi mereka untuk menggunakan bala tentara yang dapat dikuasai untuk mencapai cita-cita mereka itu.

Memang sesungguhnyalah bahwa kemuliaan duniawai atau alam benda merupakan keadaan yang amat berbahaya. Tak dapat disangkal pula bahwa hidup memang memerlukan kebendaan sebagai pelengkap dan pelangsung hidup, dan amat baiklah kalau orang dapat menggunakan keduniawian itu pada tempat sebenarnya. Akan tetapi, akan celakalah dan hanya akan menimbulkan malapetaka bagi diri sendiri dan bagi orang lain kalau manusia sudah dikuasai oleh duniawi yang merupakan harta benda, kedudukan, nama besar, kepandaian dan lain-lain sebagainya. Alam kebendaan ini mempunyai sifat seperti arak. Diminum dengan kesadaran dan pengertian akan menjadi obat, tapi di lain saat dalam keadaan lalai akan menjadi minuman yang memabokan. Dan sekali orang mabok oleh duniawi, akan timbullah perbuatan sombong, sewenang-wenang, dan lupa segala. Yang ada hanyalah keinginan memenuhi segala kehendaknya dengan cara apapun juga tanpa mengharamkan dengan segala cara.

Demikian pula terjadi dengan The Kwat lin. Dahulu, belasan tahun yang lalu, The Kwat Lin merupakan seorang pendekar wanita yang gagah perkasa menentang kejahatan yang gigih sehingga namanya bersama dua belas orang suhengnya sebagai Cap-sha Sin-hiap amatlah terkenal. Akan tetapi setelah malapetaka menimpa Cap-sha Sin-hiap, dendam menaburkan bibit yang merobah seluruh pandangan hidupnya. Setelah dia berhasil membalas dendam secara keji dan kejam sekali, bibit itu masih berkembang biak dan merobah sifat, dari dendam kepada pengejaran kemuliaan yang tanpa batas.

***

Sudah terlalu lama kita meninggalkan Han Swat Hong. Puteri dari Raja Han Ti Ong dan sebaiknya kita mengikuti pengalamanya agar tidak tertinggal terlampau jauh. Seperti kita ketahui, Swat Hong yang berwatak keras itu marah-marah ketika melihat betapa Sin Liong menolong seekor biruang dan tidak mempedulikan dia. Dianggapnya Sin Liong sengaja mencari-cari alasan untuk menghambat perjalanan, padahal dia ingin sekali segera mencari dan menemukan ibunya yang tidak ia diketahui kemana perginya dan bagaimana nasibnya setelah badai yang amat dahsyat mengamuk disekitar lautan itu.

Akan tetapi tentu saja bukan dengan hati yang sesungguhnya dia hendak meninggalkan Sin Liong di pulau kosong itu, melainkan hanya untuk sekedar menunjukan kemarahan hatinya saja. Karena itu setelah perahunya jauh meninggalkan pulau itu sehingga pulau dimana Sin Liong mengobati biruang itu tidak nampak lagi, dara itu memutar lagi perahunya dan hendak kembali kepada Sin Liong. Sudah dibayangkannya betapa Sin Liong yang selalu sabar dan selalu mengalah kepadanya itu akan minta maaf dan menyatakan penyesalan hatinya, dan dia yang akan memaafkannya!

Saat - saat seperti itu mendatangkan keharuan, kebanggan dan kemenangan di dalam hatinya. Betapa bingung dan kagetnya ketika kemudian dia mendapat kenyataan bahwa dia tersesat jalan dan tidak tahu lagi dimana dia meninggalkan Sin Liong tadi! Demikian banyaknya pulau yang sama bentuknya di lautan itu, banyak sekali bongkahan es yang datang dan pergi seperti hidup saja! Setelah berputar putar tanpa hasil dan yakin bahwa dia berada makin jauh dari tempat dimana Sin Liong berada, setelah berteriak - teriak memanggil dengan pengerahan khikang tanpa ada jawabannya dan memutar perahu keluardari daerah penuh pulau kecil yang membingungkan itu. Biarlah, dia akan pergi saja melanjutkan perjalanan seorang diri mencari ibunya. Dia merasa yakin bahwa suhengnya itu tentu akan dapat menyelamatkan diri. Suhengnya memiliki ilmu kepandaian yg amat tinggi.

Swat Hong tidak tahu bahwa perahunya menuju ke selatan, bukan menuju ke daerah Pulau Es lagi. Namun karena maksudnya untuk mencari ibunya, dara ini seolah - olah berlayar tanpa tujuan dan membiarkan saja kemana perahu yang terdorong angin itu membawanya. Pada suatu hari , tampaklah olehnya garis hitam di sebelah kanan, masih jauh sekali, akan tetapi dengan girang dia dapat mengenal bahwa garis hitam yang amat panjang membujur dari kanan kiri itu adalah sebuah daratan yang agaknya tiada bertepi. Itulah daratan besar, pikirnya dengan girang dan dia segera membelokan perahunya menuju ke garis hitam itu.

Ketika perahunya sudah tiba di dekat pantai yang sunyi, dia melihat ada sebuah perahu lain yang meluncur cepat dari sebelah kirinya. Perahu kecil dan yang berada di perahu itu seorang laki-laki muda yang kelihatannya gagah dan tampan. Pemuda itu pun memandang kepadanya sehingga dua pasang mata saling pandang sejenak. Akan tetapi Swat Hong membuang muka dan tidak mempedulikan orang yang tidak dikenalnya itu, terus saja mendayung perahunya ke tepi. Begitu perahunya mendekati daratan, dia lalu meloncat ke daratan, tidak menghiraukan perahunya lagi.

Memang dia tidak berpikir untuk kembali ke tempat itu dan berperahu lagi. Untuk apa berlayar? Pulau Es sudah kosong. Dia akan mencari ibunya di daratan besar, karena kalau ibunya berada di suatu pulau, agaknya tentu tidak akan dapat terlepas dari amukan badai yang dahsyat itu. Kalau ibu berada di daratan besar , dan ini mungkin saja terjadi, barulah ada harapan bahwa ibunya masih hidup dapat bertemu dengannya. Andaikata tidak, dia pun akan merantau di daratan besar, tidak kembali kelaut. Dan dia tahu bahwa demikian pula agaknya pendapat suhengnya karena sebelum berpisah mereka sudah membicarakan hal ini berkali-kali. Nenek moyangnya yang selama ini menjadi raja di Pulau Es juga berasal dari daratan besar! Setelah kini Kerajaan Pulau Es terbasmi badai dan tidak ada lagi, sepatutnya kalau dia sebagai ahli waris satu-satunya kembali pula ke daratan besar!

"Heiii... Nona! Tunggu...!!"

Swat Hong mengerutkan alisnya dan berhenti melangkahkan kakinya, membalik dan melihat betapa pemuda yang berada di dalam perahu tadi sudah menambatkan perahunya dan juga perahu yang ditinggalkanya meloncat tadi, di pantai. Kini pemuda itu berlari mengejarnya.

"Mau apa engkau mengejar dan memanggil aku?"

Swat Hong bertanya, matanya memandang penuh selidik. Pemuda itu usianya tentu hanya lebih tua dua tiga tahun darinya, seorang pemuda yang berwajah tampan dan gagah, yang perawakanya tinggi besar dan matanya menyorotkan kejujuran dan membayangkan kekerasan dan keberanian. Kedua lengan yang tampak tersembul keluar dari lengan baju pendek itu kekar berotot membayangkan tenaga yang hebat, juga bajunya yang terbuat dari kain tipis membayangkan dada yang bidang, terhias sedikit rambut, berotot dan kuat sekali. Melihat bahan pakaiannya dapat di duga bahwa pemuda ini seorang yang beruang, namun melihat dari keadaan tubuhnya dan kaki tangannya, agaknya dia biasa dengan pekerjaan berat. Seorang petani atau seorang nelayan, pikir Swat Hong, kagum juga memandang tubuh yang kokoh kuat itu.

Pemuda itu tersenyum. Senyumnya lebar memperlihatkan deretan gigi yang kokoh kuat pula, senyum terbuka seorang yang berwatak jujur dan bersahaja. Akan tetapi sikapnya ketika mengangkat kedua tangan di depan dada sebagai penghormatan, membuktikan bahwa dia pernah"makan sekolahan" alias terpelajar, terbukti pula dari kata-katanya yang biarpun ringkas dan singkat akan tetapi tetap sopan.

"Maafkanlah, Nona meninggalkan perahu begitu saja, aku merasa sayang dan membantu meminggirkannya. Melihat gerakan Nona ketika meloncat, jelas bahwa Nona berkepandaian tinggi. Aku ingin sekali belajar kenal."

Swat Hong mengerutkan alisnya. Hatinya sedang tidak senang, karena selain kegagalannya mencari ibu, juga perpisahanya dengan Sin Liong setidaknya mendatangkan rasa gelisah di hatinya. Kini ada pemuda yang amat lancang ingin "belajar kenal", sungguh menggemaskan.

"Aku tidak membutuhkan perahu itu lagi, dan aku tidak peduli apakah kau meminggirkannya atau hendak memilikinya, aku tidak minta bantuanmu. Tentang belajar kenal biasanya hanya pedang, kepalan tangan dan tendangan kaki saja yang mau belajar kenal dengan orang asing lancang!"

Sepasang mata lebar itu terbelalak seolah-olah memandang sesuatu yang amat aneh, namun membayangkan kekaguman yang luar biasa. Dan memang, di luar dugaan Swat Hong sendiri, sikap dan katakatanya tadi mendatangkan rasa kagum yang amat besar di dalam hati pemuda ini. Telah menjadi ciri khas pemuda ini yang mengagumi sikap orang yang terbuka, jujur, kasar dan tanpa pura-pura seperti sikap Swat Hong yang baru saja diperlihatkan.

"Ha-ha-ha-ha!"

Pemuda itu tertawa bergelak dan kedua matanya menjadi basah oleh air mata. Ini pun ciri khasnya. Kalau dia tertawa, air matanya keluar seperti orang menangis. Dengan punggung tangannya yang besar dan berotot dia menghapus air matanya.

"Nona hebat sekali! Ha-ha-ha , aku Kwee Lun selama hidupku baru sekarang ini bertemu dengan seorang nona yang begini hebat! Diantara seribu orang gadis, belum tentu ada satu! Nona, kalau sudi, perkenalkanlah aku Swee Lin, biarpun jelek dan kasar bukanlah tidak terkenal. Ayahku adalah seorang pelaut biasa dan sudah meninggal, demikian pula Ibuku. Aku anak pelaut akan tetapi sejak kecil aku sudah ikut kepada guruku. Guruku inilah yang terkenal. Guruku adalah Lam Hai Sen-jin, pertapa yang amat terkenal di dunia kang-ouw, dan kami berdua tinggal di Pulau Kura-kura di laut selatan."

Melihat sikap terbuka ini, geli juga hati Swat Hong. Kini dia melihat jelas bahwa pemuda ini sama sekali tidak kurang ajar. Kasar memang, akan tetapi kekasaran yang memang menjadi wataknya yang terbuka. Orang macam ini baik dijadikan sahabat, pikirnya. Akan tetapi harus dibuktikan dulu apakah pemuda ini pantas menjadi sahabatnya, sungguhpun menurut pengakuannya dia murid seorang pertapa yang namanya terkenal di dunia kangouw! Swat Hong tersenyum.

"Aihh, engkau lebih pantas menjadi seorang penjual jamu! Setelah engkau memperkenalkan semua nenek moyangmu kepadaku, dengan maksud apakah engkau seorang pria minta perkenalan dengan seorang wanita?"

Kwee Lun mengerutkan alisnya yang sangat lebat seperti dua buah sikat ditaruh melintang di dahinya itu, dan dia menggeleng-geleng kepalanya.

"Memang, sebelum aku berangkat merantau, suhu berpesan dengan sungguh bahwa aku tidak boleh mendekati wanita cantik yang katanya amat berbahaya melebihi ular berbisa! Akan tetapi, biarpun Nona cantik sukar dicari cacatnya, namun kepandaian Nona tinggi dan sikap Nona jujur menyenangkan. Aku ingin bersahabat, karena sekarang ini baru pertama kali aku merantau seorang diri, aku membutuhkan seorang sahabat yang pandai seperti Nona untuk memberi petunjuk kepadaku. Untuk budi Nona ini, tentu aku akan berusaha menyenangkan hatimu."

Swat Hong makin terheran. Dia tidak tahu apakah pemuda ini pintar atau bodoh. Sikapnya terbuka akan tetapi biarpun katakatanya teratur, ada bayangan ketololan.

"Hemm, kau bisa apa sih? Bagaimana engkau bisa menyenangkan hatiku?"

Dia menyelidik. "Aku? Wah, aku bodoh akan tetapi kalau ada orang-orang kurang ajar kepadamu, tanpa Nona turun tangan sendiri, aku sanggup menghajar mereka! Dia melonjorkan kedua lengannya yang kekar berotot itu.

"Dan jangan Nona sangsi lagi, biar ada lima puluh orang, aku masih sanggup menghadapi mereka, kalau perlu dibantu sengan senjataku kipas dan pedang. Kalau Nona senang sajak, aku banyak mengenal sajak kuno yang indah dan di waktu Nona kesepian, aku dapat menghibur Nona dengan nyanyian! Aku suka sekali bernyanyi."

Hampir saja Swat Hong tertawa geli orang yang kekar seperti seekor singa buas ini membaca sajak, bernyanyi dan senjatanya kipas? Benar-benar seorang pemuda yang aneh, akan tetapi tentu saja dia belum mau percaya begitu saja. Sambil memandang tajam dia berkata, "Hemm, kau bicara tentang pedang dan kipas sebagai senjata, akan tetapi aku tidak melihat engkau membawa senjata apaapa."

Ahh, tunggu dulu, Nona. Aku memang sengaja meninggalkanya di perahu!"

Setelah berkata demikian, Kwee Lun membalikan tubuhnya dan berlari cepat sekali ke perahunya dan ketika dia sudah kembali ke depan Swat Hong, benar saja dia telah membawa sebatang pedang yang sarungnya terukir indah dan sebuah kipas bergagang perak yang diselipkan di ikat pinggangnya!

"Mengapa baru sekarang kau memperlihatkan senjata-senjatamu?"

"Aih, kalau tadi aku membawa senjata, tentu akan menimbulkan dugaan yang bukan-bukan dan untuk berkenalan dengan seorang gadis, bagaimana aku berani membawa senjata? Tentu disangka perampok atau bajak!"

Mau atau tidak, Swat Hong tersenyum. Timbul rasa sukanya kepada pemuda kasar yang aneh ini.

"Betapapun juga, aku adalah seorang wanita dan engkau seorang pria, mana mungkin menjadi sahabat? Tidak patut dilihat orang."

Mata yang lebar itu kembali terbelalak penuh penasaran dan tangan kirinya dikepalkan.

"Apa peduli kata-kata orang? Kalau ada yang berani mengatakan yang bukan-bukan tentu akan kuhancurkan mulutnya! Wanita adalah seorang manusia, pria pun seorang manusia. Apa salahnya berkenalan dan bersahabat? Nona, aku Kwee Lun bukan seorang yang berpikiran kotor, juga aku tidak akan sembarangan memilih kawan! Aku kagum melihat Nona, maka kalau Nona sudi, harap memperkenalkan diri."

Swat Hong makin tertarik, akan tetapi dia masih ragu-ragu apakah orang ini patut dijadikan seorang teman. Biarpun lagaknya seperti jagoan, siapa tahu kalau kosong belaka? "Kau bilang tadi murid seorang tosu yang terkenal?"

"Ya, Suhu Lam Hai Seng-jin merupakan tokoh yang paling terkenal di daerah selatan!"

"Kalau begitu, ilmu silatmu tentu lebih lihai daripada bicaramu sepeti penjual jamu?"

"Ihhh, harap jangan mentertawakan! Biarpun tidak selihai Nona yang dapat kulihat dari gerakan meloncat dari perahu tadi, akan tetapi masih tidak terlalu orang di dunia ini yang akan sanggup mengalahkan Kwee Lun!"

"Tidak ada artinya kalau hanya disombongkan dan dibanggakan tanpa ada buktinya! Aku juga tidak sembarangan memperkenalkan diri kepada orang lain. Untuk membuktikan apakah kau patut menjadi kenalanku, cabut kedua senjatamu, dan coba kau hadapi pedangku!"

Sambil berkata demikian, Swat Hong sudah mencabut pedangnya perlahan-lahan dan tampaklah sinar pedang ketika sinar matahari menimpanya.

"Akan tetapi, Nona...." Kwee Lun meragu. Biarpun dia tadi menyaksikan betapa gesit dan ringannya tubuh nona itu melayang ke daratan, namun dia tidak percaya apakah nona ini mampu menandingi pedang dan kipasnya!

"Tidak usah banyak ragu. Kalau kau tidak mau, pergilah dan jangan menggangguku lebih lama lagi!"

"Srat...!!"

Pedang terhunus sudah berada di tangan kanan Kwee Liu dan sarung pedangnya dilempar ke atas tanah, sedangkan tangan kirinya sudah mencabut kipas gagang perak yang telah dikembangkan dan melindungi dadanya, adapun pedang itu dilonjorkan ke depan.

"Aku telah siap, Nona."

Swat Hong memang ingin sekali melihat sampai di mana kepandaian pemuda yang aneh ini, maka tanpa banyak kata lagi dia sudah meloncat ke depan dan menggerakan pedangnya dengan hebat sekali. Pedang di tangannya itu adalah pedang biasa saja, akan tetapi karena yang menggerakan adalah tangan yang mengandung tenaga sinkang istimewa dari Pulau Es, maka pedang itu lenyap bentuknya berubah menjadi gulungan sinar yang menyilaukan mata dan tubuh dara itu juga tertutup oleh gulungan sinar pedang saking cepatnya tubuh itu berloncatan.

"Aihhh...!!"

Kwee Lun berseru keras dan cepat dia menggerakan pedang dan kipas. Memang sudah diduganya bahwa dara itu lihai sekali, akan tetapi menyaksikan gerakan pedang yang demikian luar biasa, dia menjadi kaget, kagum, heran dan juga gembira. Tanpa ragu-ragu dia lalu mengerahkan tenaga dan mengeluarkan semua ilmu silatnya untuk menandingi dara yang mengagumkan hatinya ini.

Seperti telah kita kenal di permulaan cerita ini ketika terjadi para tokoh kang-ouw memperebutkan Sin Liong yang ketika itu dikenal sebagai Sin-tong (bocah ajaib), guru pemuda itu, Lam Hai Seng-jin, adalah seorang tosu yang selain ahli dalam Agama To, juga pandai bernyanyi, dan lihai sekali ilmu silatnya. Namun terkenal sebagai pertapa atau pemilik Pulau Kura-kura di Lam-hai dan senjatanya yang berupa hudtim dan kipas mengangkat tinggi namanya di dunia kang-ouw. Agaknya kepandaian itu telah diturunkan semua kepada murid tunggalnya ini, namun tentu saja karena muridnya bukanlah seorang tosu, senjata hudtim diganti dengan pedang. Pedang dan kipas adalah senjata yang ringan, kini dimainkan oleh kedua lengan Kwee Lun yang mengandung tenaga gajah, tentu saja dapat dibayangkan betapa cepatnya kedua senjata itu bergerak sampai tidak tampak lagi sebagai senjata kipas dan pedang, melainkan tampak hanya gulungan sinar yang berkelebatan dan saling belit dengan sinar pedang di tangan Swat Hong.

"Cringgg...!"

Tiba-tiba pemuda itu berseru kaget dan pedangnya mencelat ke atas terlepas dari tangannya. Swat Hong tersenyum. Dia tadi sudah menyaksikan bahwa ilmu pedang pemuda itu cukup lihai, bahkan dalam hal kecepatan dan tenaga tidaklah kalah banyak dibandingkan dengan kepandaiannya sendiri. Adanya dia dapat membuat pemuda itu terlepas dalam waktu tiga puluh jurus, hanyalah karena selain dasar ilmu silatnya lebih tinggi daripada pemuda itu, juga kenyataan bahwa pemuda itu tidak mau menyerangnya dengan sungguh-sungguh dan mendasarkan permainannya pada tingkat penguji dan berlatih saja. Kalau pemuda itu merupakan lawan sungguh-sungguh, dia sendiri sangsi apakah akan dapat merobohkannya dalam waktu seratus jurus.

"Wah, kau hebat sekali, Nona! Aku mengaku kalah!"

Kwee Lun menjura dan menyimpan kipasnya. Suaranya bersungguh-sungguh, karena memang pemuda ini walaupun tadi tidak mau menyerang sungguh-sungguh, namun dari gerakan lawannya dia sudah dapat melihat bahwa dara itu benar-benar memiliki ilmu silat yang amat aneh dan amat kuat.

"Aku terlalu rendah untuk menjadi sahabatmu."

"Kwee-twako, kau terlalu merendah. Ilmu kepandaianmu hebat! Perkenalkanlah, aku bernama Hat Swat Hong...."

Sampai di sini, dara itu meragu karena dia masih sangsi apakah dia akan memperkenalkan diri sebagai seorang puteri dari Kerajaan Pulau Es yang asing dan yang telah terbasmi habis oleh badai itu.

"Ilmu pedang Nona hebat bukan main, juga amat aneh gerakannya, Selama melakukan peratauan dengan Suhu, dan mendengar penjelasan Suhu, sudah banyaklah aku mengenal dasar ilmu silat perkumpulan besar di dunia kang-ouw akan tetapi melihat gerakan pedangnya tadi, aku benar-benar tidak tahu lagi, sedikit pun tidak mengenalnya. Maukah Nona Han Swat Hong memperkenalkannya kepadaku?"

"Kwee-twako, sebenarnya aku akan merahasiakan keadaanku, Baru pertama kali ini aku menginjak daratan besar dan aku tidak ingin melibatkan diri dengan urusan di dunia kang-ouw, apa lagi memperkenalkan diriku. Akan tetapi memang sudah nasib, begitu mendarat bertemu dengan engkau, dan sikapmu menarik hatiku, membuat aku tidak dapat menyembunyikan diri lagi. Aku akan menceritakan keadaanku hanya dengan satu janji darimu, Twako." [BERSAMBUNG]

INFO KOMERSIAL
INCOME SYARIAH HALAL DAN BAROKAH

Assalamu alaikum warahmatullahi wa barakatuhu.

Hi Netter, Anda mau mempunyai income pasif yang HALAL dan BERKAH juga dapat pulsa gratis!!! Isya Allah, sambil BERSEDEKAH dan BERINFAQ melalui facebook dan twitter Anda. Mari bergabung di sini!!!! INCOME-SYARIAH menuju kesuksesan dunia adan akhirat.

Jika Anda tertarik dengan informasi ini atau ingin bergabung bersama kami, silahkan klik link ini :


Wassalamu alaikum warahmatullahi wa barakatuhu.