Bu-tong-pai adalah sebuah perkumpulan silat yang besar,
merupakan sebuah di antara "partai-partai" persilatan yang terkenal.
Akan tetapi pada saat itu, Bu-tong-pai sedang berkabung. Di markas perkumpulan
itu yang letaknya di lereng pegunungan Bu-tong-san, dari pintu gerbang sampai
rumah-rumah para tokoh dan murid kepala, tampak kibaran kain-kain putih
menghias pintu, tanda bahwa Bu-tong-pai sedang berkabung.
Siapakah yang meninggal dunia? Bukan lain adalah ketua
Bu-tong-pai yang sudah berusia lanjut, yaitu Kiu Bhok San-jin yang meninggal
dunia dalam usia delapan puluh tahun. Baru saja upacara penguburan selesai
dilakukan oleh para anak murid Bu-tong-pai, para tamu telah meninggalkan
Pegunungan Bu-tong-san, akan tetapi semua anak buah murid Bu-tong-pai masih
berkumpul di sekitar
kuburan baru itu. Suasana penuh pergabungan dan masih
tampak beberapa orang murid yang mengusap air mata. Kui Bhok San-jin terkenal
sebagai seorang ketua dan guru yang baik dan yang dicintai oleh para anak murid
Butong-pai.
"Suhu...!"
Seruan ini membuat semua orang menengok dan tampaklah
seoang wanita cantik berlari mendatangi, diikuti oleh seorang muda-mudi remaja
dan seorang anak laki-laki. Wanita itu tidak menoleh ke kanan kiri, melainkan
langsung berlari menghampiri kuburan baru dan menjatuhkan diri berlutut di
depan batu nisan sambil menangis.
"Ahh, bukankah dia Sumoi The Kwat Lin....?"
Seorang murid Kui Bhok San-jin yang usianya lima puluhan
berseru. Semua orang memandang dan kini mereka pun mengenal wanita yang
berpakaian indah seperti seorang nyonya bangsawan itu. The Kwat Lin! Tentu saja
mereka semua kini teringat. Bukankah The Kwat Lin merupakan seorang anak murid
Bu-tongpai yang amat terkenal, sebagai orang termuda dari Cap-sha Sin-hiap yang
sudah bertahun-tahun lenyap tanpa meninggalkan jejak?
"Benar, dia orang termuda dari Cap-Sha
Sin-hiap!" terdengar seruan-seruan setelah mereka mengenal wanita cantik
itu.
Mendengar suara-suara itu, wanita ini lalu bangkit
berdiri, menyusuti air matanya, kemudian memandang kepada mereka sambil
berkata, "Benar, aku adalah The Kwat Lin, orang termuda dari Cap-Sha
Sin-hiap. Masih baik kalian mengenalku! Sekarang suhu telah meninggal dunia,
siapakah yang akan menggantikannya sebagai ketua Bu-tong-pai?"
Para tokoh Bu-tongpai terkejut menyaksikan sikap angkuh
ini. Di antara mereka, terdapat delapan orang yang terhitung suheng-suheng dari
The Kwat Lin, dan orang tertua di antara mereka adalah seorang kakek berpakaian
seperti pendeta tosu. Sejak tadi kakek tosu ini mengerutkan alisnya setelah
mendengar bahwa wanita itu adalah seorang muda dari Cap-sha Sin-hiap, maka kini
mendengar pertanyaan Kwat Lin, dia melangkah maju dan berkata,
"Sian-cai..., tak pernah pinto sangka bahwa anggauta
termuda dari Cap-sha Sin-hiap akan muncul hari ini. Berarti engkau adalah murid
termuda dari mendiang suheng, dan kalau engkau ingin mengetahi, pinto yang
dipilih oleh anak murid Bu-tong-pai, juga telah ditunjuk oleh mendiang suheng
menjadi ketua di Bu-tong-pai."
Kwat Lin mengangkat mukanya memandang. Tosu itu bertubuh
kecil sedang, dan biarpun mukanya penuh keriput, namun matanya bersinar terang
dan jenggotnya yang terpelihara baik mengitari mulutnya itu masih hitam semua,
demikian pula rambutnya yang diikat dan diberi tusuk konde dari perak.
Pakaiannya sederhana saja, pakaian seorang pendeta To yang longgar.
"Siapakah Totiang?"
"Ha-ha-ha-ha, sungguh lucu kalau seorang murid
keponakan tidak mengenal susioknya sendiri. Ketahuilah bahwa pinto adalah Kui
Tek Tojin, satu-satunya saudara seperguruan dari mendiang Kui Bhok
San-jin."
Kwat Lin sudah pernah mendengar nama susioknya (paman
gurunya) ini, seorang tosu perantau, sute termuda dan satu-satunya yang masih
hidup dari mendiang suhunya. Dia mencibirkan bibirnya yang merah dengan gaya
mengejek, kemudian berkata dengan suara lantang,
"Ah, kiranya Susiok Kui Tek Tojin yang menggantikan
Suhu menjadi ketua Butong-pai? Sungguh keputusan yang sama sekali tidak tepat!
Aku tidak setuju sama sekali kalau Susiok yang menjadi ketua!"
Tosu itu membelalakan matanya dan memandang kaget, heran
dan penasaran. Akan tetapi sebelum dia mengeluarkan kata-kata, seorang tosu
lain yang bernama Souw Cin Cu, murid tertua dari Kui Bhok San-jin, melangkah
maju dan berkata, "Sumoi, apa yang kaukatakan ini? Betapa beraninya engkau
mengatakan demikian! Keputusan ini tidak saja sesuai dengan petunjuk suhu, juga
telah menjadi keputusan kami semua. Pula, Susiok merupakan satu-satunya saudara
seperguruan mendiang Suhu, sehingga kedudukannya paling tinggi dan usianya
paling tua di antara kita. Siapa lagi kalau bukan Beliau yang menggantikan Suhu
menjadi ketua kita?"
"Siancai, kedatangan yang mendadak dan tak
tersangka-sangka, juga pendapat yang mengejutkan. Betapapun juga, sebagai murid
mendiang Suheng, dia berhak berbicara untuk kepentingan dan kebaikan
Bu-tong-pai. The Kwat Lin, bukankah demikian namamu tadi? Kalau menurut
pendapatmu, siapa gerangan yang patut dijadikan ketua Bu-tong-pai menggantikan
Suheng yang telah tidak ada?"
"Harap maafkan aku, Susiok. Bukan sekali-kali aku
memandang rendah kepada Susiok, akan tetapi penolakanku itu berdasarkan
perhitungan yang matang."
Kwat Lin berkata kepada calon ketua Bu-tong-pai itu,
mengejutkan dan mengherankan semua orang yang mendengar dan melihat sikap tidak
menghormat dari wanita itu. "Pertama-tama sejak dahulu Susiok selalu
merantau, tidak pernah memperdulikan keadaan Bu-tong-pai, apalagi Susiok adalah
seorang tosu sehingga kalau Susiok yang menjadi ketua Bu-tong-pai, ada bahayanya
Bu-tong-pai akan berubah menjadi perkumpulan Agama To! Berbeda sekali dengan
pendirian mendiang Suhu yang bebas sehingga murid suhu pun terdiri dari
bermacam-macam golongan. Selain itu, selama ini Bu-tong-pai makin kehilangan
sinarnya, menjadi bahan ejekan dan bahan penghinaan orang lain."
"Ahhhh...!" terdengar suara memprotes dari
sana-sini dan Souw Cin Cu kembali berkata penasaran, "Sumoi aku
benar-benar merasa heran mendengar katakatamu dan melihat sikapmu. Sepuluh
tahun engkau dan para suhengmu menghilang dan kini engkau muncul seperti
seorang yang lain. Seperti langit dengan bumi bedanya antara engkau dahulu dan
engkau sekarang! Sumoi, kau mengatakan bahwa Bu-tong-pai menjadi lemah dan
menjadi bahan ejekan dan penghinaan orang lain. Apa artinya ini?"
"Souw Cin Cu Suheng, selama bertahun-tahun ini
Cap-sha Sin-hiap telah lenyap, tahukah engkau apa yang terjadi dengan
mereka?"
"Kami telah berusaha menyelidiki namun tidak dapat
menemukan kalian."
"Hemm, itulah tandanya bahwa Bu-tong-pai amat lemah,
sehingga semua suhengku, tokoh-tokoh Cap-sha Sin-hiap, dibunuh orang tanpa
diketahui oleh Bu-tong-pai!"
Semua orang terkejut sekali mendengar bahwa dua belas
orang dari Cap-sha Sin-hiap telah dibunuh orang!
"Siapa yang membunuh mereka?"
Souw Cin Cu bertanya dengan suara marah sekali. Hati
siapa yang takkan menjadi panas dan marah mendengar bahwa dua belas orang
saudara seperguruannya dibunuh orang?
"Hemm, terlambat sudah! Dua belas orang Suheng
dibunuh oleh Pat-jiu Kai-ong ketua Pat-jiu Kai-pang di Heng-san."
"Ohhh...!" kini Kui Tek Tojin berseru kaget,
"Pat-jiu Kai-ong...?? Mengapa...??"
Kwat Lin tersenyum mengejek. "Ahhh, tentu Susiok
pernah mendengar nama besarnya dan menjadi gentar, bukan? Memang dialah datuk
sesat yang terkenal itu, yang telah membunuh dua belas orang Suhengnya. dan
peristiwa itu berlalu begitu saja! Tiga belas orang tokoh Bu-tong-pai mengalami
penghinaan, dan Butong- pai sendiri diam saja. Apalagi berusaha membalas
dendam, bahkan tahupun tidak akan peristiwa itu! Ini tandanya bahwa Bu-tong-pai
lemah! Kini Butong-pai hendak diketahui oleh Susiok, apakah akan dijadikan
markas kaum pendeta Tosu dan menjadi makin lemah lagi? Aku sendirilah yang
harus turun tangan membunuh musuh-musuh besar kami, membunuh Pat-jiu Kai-ong
dan membasmi Pat-jiu Kai-pang di Heng-san. Melihat kelemahan Bu-tong-pai, aku
tidak setuju kalau mendiang Suhu digantikan kedudukannya oleh Susiok Kui Tek
To-jin harus diganti oleh orang yang memiliki kepandaian tinggi dan dapat
memajukan dan memperkuat Bu-tong-pai, barulah tepat!"
Kwat Lin bicara penuh semangat, mukanya yang cantik dan
berkulit halus itu kemerahan, sepasang matanya bersinar-sinar dan dengan
tajamnya menyapu wajah semua anak murid Bu-tong-pai yang hadir di situ. Pandang
mata bekas orang termuda Cap-sha Sinhiap ini membuat banyak anak murid Butong-
pai merasa gentar dan mereka hanya menunduk untuk menghindarkan pandang mata
Kwat Lin. Akan tetapi, delapan orang suheng dari Kwat Lin memandang dengan
marah dan penasaran. Adapun Kui Tek Tojin hanya tersenyum dan mengelus
jenggotnya sambil mengangguk-angguk, matanya memandang wajah wanita itu penuh
selidik.
"The Kwat Lin, omonganmu penuh semangat terhadap
kedudukan Bu-tong-pai. Andaikata benar semua kata-katamu itu, habis siapakah
yang kaupandang tepat untuk menjadi ketua Bu-tong-pai?" Kui Tek Tojin
berkata lagi dengan sikap tenang.
"Untuk waktu ini, kiranya tidak ada orang lain lagi
dari Bu-tong-pai kecuali aku sendiri!"
Kini benar-benar terkejut dan terheran-heranlah semua
anak murid Bu-tong-pai yang berada di situ. Begitu beraninya wanita ini.
Biarpun tak dapat disangkal lagi bahwa The Kwat Lin merupakan murid utama pula
dari mendiang Bhok Sanjin dan orang termuda Cap-sha Sin-hiap, akan tetapi pada
waktu itu dia bukanlah orang yang memiliki tingkat tertinggi di Bu-tong-pai.
Sama sekali bukan! Di atas dia masih ada delapan orang suhengnya, murid-murid
Kui Bhok San-jin yang lebih tua, dan lebih lagi di situ masih ada Kui Tek Tojin
yang tentu saja memiliki tingkat jauh lebih tinggi karen tosu ini adalah paman
gurunya!
"Murid Murtad!!" Tiba-tiba Souw Cin Cu
membentak garang dan meloncat maju, diikuti pula oleh sutesutenya. Telunjuk
kirinya menuding ke arah muka The Kwat
Lin.
"The Kwat Lin, engkau sungguh tidak patut menjadi
murid Bu-tong-pai! Kiranya engkau menghilang sepuluh tahun hanya untuk pulang
sebagai iblis wanita yang murtad terhadap perguruanya sendiri. Dan kami
berkewajiban untuk mengajar seorang murid murtad!"
Sambil berkata demikian, Souw Cin Cu menerjang ke depan
dengan dahsyat. Souw Cin Cu merupakan murid pertama atau paling tua dari Kui
Bhok San-jin. sungguhpun tidak dapat dikatakan bahwa dia memiliki tingkat ilmu
silat paling tinggi, akan tetapi setidaknya tingkatnya sejajar dengan
orang-orang tertua dari Cap-sha Sin-hiap dan sebenarnya masih lebih tinggi
setingkat jika dibandingkan dengan ilmu kepandaian The Kwat Lin ketika masih
menjadi orang termuda Cap-sha Sin-hiap dahulu. Akan tetapi, Kwat Lin sekarang
sama sekali tidak bisa disamakan dengan Kwat Lin sepuluh tahun yang lalu. Dia
telah mewarisi ilmu, silat ilmu silat tinggi dan mujijat dari Pulau Es!
Tingkatnya sudah tinggi sekali dan dengan tenang saja dia
memandang ketika suhengnya itu menerjangnya. Apalagi karena dia mengenal benar
jurus yang dipergunakan oleh suhengnya, jurus dari ilmu silat Ngo-heng-kun.
Ketika tangan kiri Souw Cin Cu mencengkeram ke arah lehernya dan tangan kanan
tosu itu menampar pelipis, dia diam saja seolah-olah dia hendak menerima dua
serangan ini tanpa melawan. Akan tetapi setelah hawa sambaran pukulan itu sudah
terasa olehnya, tiba-tiba tangan kirinya bergerak dari bawah ke atas. "
“Plak-plak-plak!!"
Kedua lengan Souw Cin Cu telah terpental, bahkan tubuh
tosu ini terpelanting ketika tangan Kwat Lin yang tadi sekaligus menangkis
kedua lengan itu melanjutkan gerakannya dengan tamparan pada pundaknya.
Tamparan yang perlahan saja, akan tetapi sudah cukup murid pertama mendiang Kui
Bhok San-jin terpelanting! Diam-diam Kui Tek Tojin terkejut heran menyaksikan
gerakan tangan wanita itu, gerakan yang amat cepat dan aneh, gerakan yang sama
sekali tidak dikenalnya dan tentu saja bukan jurus ilmu silat Butong- pai!
Akan tetapi tujuh orang sute dari Suow Cin Cu sudah
menjadi marah dan tanpa dikomando lagi mereka menerjang maju. Akan tetapi The
Kwat Lin tertawa, tubuhnya bergerak sedemikian cepatnya dan berturut-turut
tujuh orang ini pun terguling roboh di dekat Suow Cin Cu! Mereka sendiri tidak
tahu bagaimana mereka dirobohkan, akan tetapi tahu-tahu terpelanting dan bagian
yang tertampar tangan Kwat Lin, biarpun tidak sampai patah tulang, akan tetapi
amat nyeri. Padahal tamparan itu perlahan saja. Bagaimana andaikata wanita itu
menampar dengan pengerahan tenaga sekuatnya, sukar dibayangkan akibatnya.
Betapapun juga, delapan orang murid utama dari Bu-tong-pai ini tentu saja tidak
sudi menyerah begitu mudah dan mereka sudah meloncat bangun dan mencabut
senjata masing-masing!
"Ibu, mengapa tidak dibunuh saja tikus-tikus
menjemukan ini?" Tiba-tiba Bu Ong berteriak.
Anak ini sudah bertolak pinggang dan memandang marah
kepada para pengeroyok ibunya. Kalau saja tangannya tidak dipegang erat-erat
oleh Swi Liang dan Swi Nio, suheng dan sucinya, tentu dia sudah menerjang maju
membantu ibunya. Akan tetapi memang sebelumnya, Swi Liang dan Swi Nio sudah
dipesan oleh subo mereka untuk menjaga Bu Ong, dan terutama sekali mencegah
bocah ini mencampuri urusannya dengan orang-orang Bu-tong-pai.
Kwat Lin tersenyum mengejek melihat delapan orang
suhengnya itu mengeluarkan senjata. "Hemmm, apakah kalian ini sudah buta?
Apakah para suheng tidak melihat bahwa tingkat kepandaianku jauh melebihi
kalian, dan bahkan andaikata Suhu masih hidup, beliau sendiri tidak akan mampu
menandingi aku."
"Keparat...!"
Souw Cin Cu dan tujuh orang sutenya menerjang maju, akan
tetapi tiba-tiba Kui Tek Tojin berseru, "Tahan senjata! Mundur
kalian!"
Mendengar teriakan ini, delapan orang ini serentak mundur
mentaati perintah calon ketua mereka. Kui Tek Tojin melangkah maju menghampiri
wanita yang tersenyum-senyum itu.
"Siancai... kiranya engkau telah memiliki kepandaian
tinggi maka berani menentang Bu-tong-pai! The kwat Lin, selama ini engkau telah
mempelajari ilmu silat dari luar Bu-tong-pai, tidak tahu dari perguruan
manakah?"
"Memang benar dugaanmu, Susiok, akan tetapi tidak
perlu aku menceritakan kepada siapapun juga."
"Hei, tosu bau! Ibu adalah Ratu dari Pulau Es,
tahukah engkau?"
"Bu Ong...!" Kwat Lin membentak puteranya, akan
tetapi anak itu sudah terlanjur bicara dan bukan main kagetnya Kui Tek Tojin
dan para anak murid Bu-tong-pai mendengar ini. Pulau Es hanya disebut-sebut
dalam dongeng saja, dan memang nama besar tokoh Pangeran Han Ti Ong dari Pulau
Es amat terkenal di dunia kang-ouw. Timbul keraguan di dalam hati Kui Tek
Tojin, akan tetapi karena wanita di hadapannya itu juga merupakan anak murid
Bu-tong-pai, maka dia menekan perasaannya dan berkata,
"The Kwat Lin, kalau engkau masih mengaku sebagai
murid Bu-tongpai, betapapun tinggi ilmu kepandaianmu, engkau harus tunduk
kepada pimpinan Bu-tong-pai. Sebaliknya, kalau engkau sudah mempelajari ilmu
silat dari golongan lain dan tidak lagi merasa sebagai orang Bu-tong-pai,
engkau tidak berhak mencampuri urusan dalam dari Bu-tong-pai."
Kwat Lin tersenyum mengejek. "Susiok, tidak perlu
kupungkiri lagi bahwa aku telah membelajari ilmu silat dari golongan lain dan
tingkat kepandaianku menjadi jauh lebih tinggi daripada semua tokoh Butong-
pai. Akan tetapi aku bukan saja masih mengaku orang Bu-tong-pai, bahkan ingin
memimpin Bu-tongpai menjadi perkumpulan terkuat di dunia. Akan kuperbaiki dan
kupertinggi mutu ilmu silat Bu-tong-pai agar tidak ada lagi golongan lain yang
berani memandang rendah Bu-tong-pai, apalagi menghina anak murid Bu-tong-pai
seperti yang terjadi kepada Cap-sha Sin-hiap sepuluh tahun yang lalu."
"Hemm, kalau begitu, pinto sebagai calon ketua
Bu-tong-pai, terpaksa melarang dan menentang kehendakmu, The Kwat Lin."
"Dengan cara bagaimana kau hendak menentangku,
Susiok?"
"Dengan mempertaruhkan nyawaku. Kehormatan
Bu-tong-pai lebih penting dari pada nyawa seorang ketuanya. Majulah dan mari
kita putuskan persoalan ini dengan kepandaian kita."
The Kwat Lin tersenyum. "Susiok, betapapun mudahnya
bagiku membunuhmu, membunuh para suheng dan membunuh semua orang yang
menentangku. Akan tetapi, aku bahkan ingin menolong kalian, ingin mengangkat
nama Bu-tong-pai, maka biarlah aku hanya akan mengalahkan Susiok tanpa
membunuhmu."
Ucapan ini malah merupakan penghinaan yang luar biasa
sekali, karena mengalahkan lawan tanpa membunuhnya merupakan hal yang amat
sukar dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki tingkat kepandaian
yang jauh lebih tinggi dari lawannya! Merah muka tosu tua itu. Dia dipandang
rendah oleh murid keponakannya sendiri! Bukan hanya itu saja. Dia sebagai orang
tertua dari Bu-tong-pai, sebagai calon ketua Bu-tong-pai, dihina oleh seorang
anggauta muda Bu-tong-pai! Oleh karena itu, tosu tua ini mengambil keputusan
untuk mengadu nyawa dengan wanita yang kini dipandangnya bukan sebagai anggauta
Bu-tong-pai lagi, melainkan sebagai seorang musuh yang hendak mengacau
Bu-tong-pai.
"The Kwat Lin sebagai seorang ketua Bu-tong-pai,
pinto menyediakan nyawa untuk mempertahankan kehormatan Bu-tong-pai terhadap
siapapun juga , dan saat ini pinto akan mempertahankannya terhadap engkau!
Majulah!" sambil berkata demikian tosu tua berjenggot lebat ini meloncat
ke depan, tongkatnya di tangan kanan dan ujung lengan bajunya melambai panjang.
Kwat Lin mengenal tongkat itu. Tongkat kayu cendana yang harum dan menghitam
saking tuanya, tongkat yang menjadi tongkat pusaka para ketua Bu-tong-pai sejak
dahulu. Dia maklum pula bahwa tongkat itu hanya sebagai lambang kedudukan ketua
belaka, namun dalam hal ilmu silat bersenjata, ujung lengan baju kakek itu jauh
lebih barbahaya dari pada tongkatnya.
Dia dapat menduga bahwa tentu kakek ini sudah memiliki tingkat
tertinggi dari Bu-tong-pai, dan telah memiliki sinkang yang amat kuat sehingga
kedua ujung lengan bajunya dapat dipergunakan sebagai senjata ampuh yang dapat
menghadapi senjata apapun juga dari lawan, dapat dibikin kaku keras seperti
besi dan lemas seperti ujung cambuk yang dapat melakukan totokan-totokan maut
keseluruh jalan darah di tubuh lawan! Karena itu, dia tidak berani memandang
rendah, cepat dia mengeluarkan pekik melengking, dan tubuhnya sudah bergerak
maju, tangan kananya melakukan pukulan dorongan dengan telapak tangan sambil
mengerahkan tenaga sinkang Swat-im Sin-jiu. Hawa yang amat dingin menghembus ke
depan menyerang kakek itu. Swat-im Sin-jiu adalah tenaga dalam inti salju yang
dilatihnya di Pulau Es, kekuatannya dahsyat bukan main karena hawa yang
menyambar ini mengandung tenaga sakti yang mendatangkan rasa dingin.
"Siancai...!!"
Tosu itu berseru kaget ketika merasa betapa hawa yang
menyambar dari depan amat dinginnya, membuat tangannya ketika mendorong kembali
terasa membeku. Maka dia lalu mengerakan tongkat di tangan kanannya, mengambil
keuntungan dari ukuran tongkat yang panjang, menghantam ke arah kepala wanita
itu dari samping.
"Wuuuuttt... plakkkk!"
Dengan berani sekali Swat Lin menggunakan tangan kiri
yang dibuka untuk memapaki sambaran tongkat dari samping, terus mencengkram
tongkat itu dan mengerahkan sinkang, menyalurkannya lewat getaran tongkat dan
kembali tosu itu berseru kaget ketika merasa betapa lengan kanannya yang
memegang tongkat terasa dingin dan lumpuh! Kesempatan baik ini, dalam satu
detik pada saat lawan masih terkejut dan belum sempat mengerahkan sinkang,
dipergunakan oleh Kwat Lin dengan jalan menarik ke bawah, bergulingan ke depan
dan menghantam ke arah lawan dengan tangan kananya, kini menggerakan tenaga sinkang
yang berhawa panas!
"Ouhhh...!"
Kui Tek Tojin berteriak, cepat meloncat ke belakang dan
tentu saja tongkatnya dapat dirampas. Dia tadi sudah mengerahkan sinkang
melawan getaran melalui tongkat, dengan niat merampasnya kembali, akan tetapi
pukulan lawannya dari bawah yang ditangkis dengan tangan kanan, ternyata luar
biasa kuat dan panasnya, mengejutkannya karena perubahan sinkang yang
berlawanan itu tidak disangka-sangkanya, maka untuk menyelamatkan diri,
terpaksa dia meloncat ke belakang dan mengorbankan tongkatnya.
Kwat Lin sudah melompat kebelakang pula, memegang tongkat
itu dengan kedua tangan di atas kepala sambil tertawa dan berkata,
"Hi-hik, tongkat pusaka telah berada di tanganku, berarti akulah ketua
Bu-tong-pai! "
“Kembalikan tongkat!"
Kui Tek Tojin berteriak marah dan kedua lengannya
bergerak ketika tubuhnya menerjang maju. Dengan amat cepatnya kedua ujung
lengan bajunya bergerak seperti kilat menyambar-nyambar dan dalam segebrakan
itu, Kwat Lin telah dihujani sembilan kali totokan yang amat berbahaya!
Sukarlah membebaskan diri dari ancaman totokan yang hebat ini dan andaikata
Kwat lin bukan seorang pewaris ilmu-ilmu dari Pulau Es,
tidak mungkin dia dapat menghindarkan diri lagi. Dia
menggunakan ginkangnya berloncatan menghindar, akan tetapi sebuah totokan yang
meleset masih mengenai pergelangan tangannya, membuat tongkat pusaka itu
terlepas dari peganganya! Kwat Lin menjerit marah, pedangnya sudah dicabutnya,
yaitu pedang Ang-bwe-kiam dan tampak sinar merah berkeredepan dan
menyambar-nyambar dahsyat.
"Bret-brettttt...!!"
Kui Tek Tojin berteriak kaget, meloncat mundur dan
ternyata bahwa ujung lengan bajunya telah terbabat buntung oleh pedang di
tangan Kwat Lin, dan sekarang wanita itu telah mengambil lagi tongkat pusaka
yang tadi terpaksa dilepaskan oleh tangannya yang tertotok.
"Susiok! Dan kalian para suheng semua! Kalau kalian
mendesak, terpaksa aku akan mematahkan tongkat pusaka ini kemudian membunuh
kalian dan merampas Butong-pai dengan kekerasan!" Dia mengangkat tongkat
itu tinggi-tinggi.
"Aku hanya menuntut hak seorang murid Bu-tong-pai
yang memiliki tingkat tinggi dan memegang tongkat wasiat itu, hak menjadi ketua
dengan niat untuk mempertinggi tingkat Butong-pai!"
Delapan orang suheng itu masih penasaran dan mereka
hendak menyerbu ke depan, akan tetapi Kui Tek Tojin mengangkat tangan ke atas
dan berkata, "Mundurlah kalian. Dia benar, kita tidak boleh melawan
pemegang tongkat pusaka!"
Kemudian dia berkata kepada Kwat Lin, "Baiklah,
melihat tongkat pusaka di tanganmu, kami tidak akan melawan. Akan tetapi,
betapapun juga kami tidak dapat menerima engkau menjadi ketua kami dan kami
harap engkau tidak memaksa anak murid Bu-tong-pai yang tidak mau tunduk
kepadamu dan meninggalkan tempat ini."
Kwat Lin tersenyum. Memang bukan kehendaknya untuk
memusuhi anak murid Bu-tong-pai. Dia tidak membenci Bu-tong-pai, melainkan
hendak mencarikan kemuliaan bagi puteranya dengan perantaraan sebuah
perkumpulan besar dan dia akan mengusahakan agar Bu-tong-pai menjadi sebuah
perkumpulan yang paling kuat dan paling besar.
[BERSAMBUNG]
INFO KOMERSIAL
INCOME SYARIAH HALAL DAN BAROKAH
Assalamu alaikum warahmatullahi wa barakatuhu.
Hi Netter, Anda mau mempunyai income pasif yang
HALAL dan BERKAH juga dapat pulsa gratis!!! Isya Allah, sambil BERSEDEKAH dan
BERINFAQ melalui facebook dan twitter Anda. Mari bergabung di sini!!!!
INCOME-SYARIAH menuju kesuksesan dunia adan akhirat.
Jika Anda tertarik dengan informasi ini atau ingin
bergabung bersama kami, silahkan klik link ini :
Wassalamu alaikum warahmatullahi wa barakatuhu.